Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinamika anak sulung perempuan cukup kompleks. Selain harus mengurus rumah tangga, anak perempuan sulung harus menjadi teladan untuk saudara-saudaranya. Dan berperan menjadi orang tua ketiga di rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istilah sehari-hari ini menunjukkan adanya tantangan serta harapan pada anak perempuan tertua untuk menjalani tugas keluarga dan pemikul beban pengasuhan. Tanggung jawab ini memberi tekanan yang besar pada anak perempuan tertua, yang beberapanya berujung menjadi kepribadian yang tertutup. Hingga sebabkan ketegangan emosi, terbatasnya menemukan jati diri, dan hubungan yang tegang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peran pengasuhan pada perempuan sulung membuat mereka cukup dewasa daripada anak sebaya lainnya. Akan tetapi anak perempuan tertua menghadapi tantangan semacam kecemburuan yang mungkin mendapati perhatian lebih.
Persoalan yang saat ini ramai dibicarakan di sosial media ini disebut dengan sindrom putri sulung. Merupakan fenomena beban emosional yang dipikul oleh anak perempuan tertua di banyak keluarga, sejak mereka masih kecil.
Lantas apa saja yang menjadi faktor anak sulung perempuan mendapati peran dan tantangan ini? Mengutip Psychology Today ada 3 fakor yang memengaruhi, berikut penjelasannya.
Harapan Orangtua
Beberapa orangtua berharap mereka miliki anak perempuan yang unggul akademis, miliki karir bergengsi, dan lancar mengelola tanggung jawab rumah tangga yang signifikan. Padahal harapan orangtua menjadi salah satu beban terbesar bagi putri sulungnya. Sebab dapat menjadi beban yang sangat berat.
Harapan yang tinggi ini menciptakan tekanan yang berat dan menumbuhkan perasaan tidak mampu pada putri sulung saat ia bergulat untuk memenuhi standa orangtuanya.
Hubungan Saudara
Dalam menyelesaikan tugas rumah tangga, anak perempuan tertua kerap mengambil peran sebagai pengasuh. Termasuk mengasuh saudara kandungnya dan memberikan dukungan emosional. Meskipun awalnya dorongan ini dilakukan dengan rasa kewajiban atau kasih sayang, lambat laun akan berubah menjadi sangat berat. Hingga dapat menimbulkan kebencian dan frustrasi.
Selain itu, dinamika saudara kandung, yang dipengaruhi oleh urutan kelahiran , peran gender, dan kepribadian individu, dapat semakin memperumit masalah. Anak perempuan tertua mungkin merasa dibayangi oleh adik-adiknya atau merasakan perlakuan tidak setara dari orang tua, sehingga memperparah perasaan diabaikan atau tidak mampu, serta merenggangkan hubungan saudara kandung.
Tekanan Masyarakat
Selain datang dari dalam, beban yang dirasakan anak sulung perempuan juga datang dari luar. Tekanan masyarakat juga melanggengkan adanya peran serta tantangan bahwa perempuan sulung harus memprioritaskan kewajiban keluarga. Tekanan sosial ini tentunya sangat membebani para anak perempuan pertama, terutama mereka yang harus mematuhi peran gender tradisional.
PSYCHOLOGY TODAY | THE MIND JOURNAL
Pilihan editor: Ketahui Sindrom Anak Sulung Perempuan, Beban Putri Tertua