Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psoriasis adalah salah satu penyakit autoimun yang memberikan dampak negatif dan berpotensi berkepanjangan terhadap psikologis penderita. Penyakit itu ditandai dengan lesi atau kulit pecah berwarna merah dan plak meradang di kulit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit autoimun terjadi ketika imunitas atau sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi diri justru balik menyerang diri sendiri. Tidak hanya menyerang kulit, psoriasis juga bisa menyerang tulang hingga sendi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Gusti Ayu Raka Susanti, menjelaskan hingga saat ini belum diketahui penyebab psoriasis yang pasti sehingga masih belum bisa disembuhkan. Penyakit itu muncul ditandai gejala gatal dan kulit memerah di bagian tertentu, misalnya kulit kepala, wajah, siku, tangan, lutut, dan kaki.
Ada beberapa jenis psoriasis, di antaranya psoriasis vulgaris atau plak yang paling umum ditemukan. Ciri-ciri jenis itu adalah kulit menebal, ruam merah dan bersisik, dengan sensasi panas dan gatal. Selain itu, ada juga psoriasis gutata dengan ciri bintik kecil berwarna merah, serta psoriasis pustular atau ruam kulit merah dan berisi nanah.
Penanganan psoriasis
Setelah mengenali gejala psoriasis, deteksi dini sangat penting agar lebih cepat diberikan penanganan kepada penderita. Semakin cepat dideteksi maka semakin cepat juga penyakit itu bisa diredam indeks area dan keparahan psoriasisnya agar tidak menjadi sistemik yang menyerang organ vital dalam tubuh.
Spesialis kulit dan kelamin (dermatologi, venereologi dan estetik/DVA) Ariana mengungkapkan penanganan medis yang dilakukan dalam kasus psoriasis terlebih dulu dengan diperiksa secara langsung oleh spesialis DVA. Dokter kemudian menentukan persentase skor indeks area dan keparahan psoriasis (pasi). Ariana menjelaskan pengobatan penyakit tersebut dilakukan secara bertahap, di antaranya melalui pemberian obat berupa salep yang dioleskan pada area terdampak.
Selain itu, tahapan berikutnya apabila belum membaik berupa kombinasi obat oles dan minum hingga penanganan lanjutan, di antaranya terapi agen biologis melalui pemberian injeksi. Tentunya pengobatan itu tidak bisa dilakukan hanya sekali namun perlu rutin menyesuaikan petunjuk medis.
Spesialis DVA dari Universitas Diponegoro 20 tahun lalu itu menambahkan perawatan pasien secara mandiri juga diperlukan, di antaranya dengan merawat kelembaban kulit, salah satunya menggunakan minyak kelapa murni. Dokter di Erha Clinic dan Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar itu menambahkan penderita perlu selektif menggunakan sabun yang mengandung bahan kimia berlebih untuk meminimalkan dampak pada psoriasis.
Pilihan Editor: Tanda Peradangan Mata Terkait Penyakit Autoimun