Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah latihan Non-combatant Evacuation Operations (NEO) antara Australian Defense Force (ADF) dan TNI Angkatan Laut, imam kapal HMAS Adelaide menyempatkan diri bertemu dengan awak media. Flight Lieutenant Abdul Kader dari Royal Australian Air Force merupakan imam di kapal perang terbesar milik Australia kelas Canberra, HMAS Adelaide.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HMAS Adelaide merupakan kapal serbu amfibi dan landing helicopter dock yang terlibat dalam latihan gabungan Keris Woomera 2024. Sebagai negara multikultural, Australia memiliki pedoman untuk prajurit setiap agama, termasuk prajurit beragama muslim. Kader mengatakan ADF memiliki pedoman yang dikembangkan imam dan disebarkan kepada semua anggota muslim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pedoman ini telah disebarluaskan kepada semua komandan jika ada anggota muslim, bagaimana cara menjaga dan membantu mereka menjalankan puasa,” kata Kader saat ditemui di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, 15 November 2024.
Kader mengatakan perayaan agama dan puasa sangat dianjurkan dalam agama sehingga ADF sangat memperhatikan hak ibadah mereka. Menurut Kader, ADF percaya bahwa anggota yang sehat secara spiritual bisa lebih unggul.
“Jadi menjaga perjalanan spiritual anggota adalah bagian tak terpisahkan dari apa yang kami jaga, apa yang kami coba capai,” kata Kader.
Salah satu perlakuan khusus yang diberikan kepada tentara muslim adalah mereka tidak akan dikirim untuk menjalani sesi personal training atau PT. PT merupakan latihan fisik dengan durasi satu setengah jam. Sesuai pedoman, kata Kader, komandan dapat mengirim tentara muslim untuk PT setelah berbuka puasa atau sore hari sebelum berbuka apabila tentara tersebut ingin latihan sebelum berbuka.
“PT sebelum atau setelah berbuka lebih baik daripada PT di pagi hari dan menyebabkan dehidrasi,” kata Kader.
Perlakuan khusus lain adalah tentara muslim mendapat cuti khusus untuk perayaan Idul Fitri maupun Idul Adha. Kader mengatakan cuti khusus ini di luar dari cuti umum sehingga, apabila ada tentara muslim mengambil cuti khusus lebaran, cuti tahunan mereka tidak akan diambil.
“Jadi ADF memberikan cuti, bukan dari cuti rekreasi tahunan mereka, melainkan cuti tambahan khusus,” kata Kader.
Selain perlakuan khusus latihan dan cuti, ADF memisahkan makanan halal dan non-halal agar tentara muslim juga bisa bersantap tanpa khawatir asal makanan mereka. Berdasarkan pantauan Tempo saat berkeliling di HMAS Adelaide, koki kapal memisahkan menu makanan halal dan tidak halal dengan tulisan khusus.
“Kami memiliki makanan halal, benar-benar halal,” kata Kader.
Kader mengatakan Islam adalah bagian yang sangat kuat dalam tatanan sosial Australia. Ia mengatakan hampir 800 ribu muslim tinggal di Australia. Menurut dia, muslim Australia memandang Indonesia sebagai acuan dalam menjalankan ramadan, terutama untuk berbuka atau makan bersama. Dengan adanya latihan gabungan ini, Kader berharap hubungan dua negara semakin bersahabat dan langgeng.
“Ini merupakan pengalaman yang luar biasa dalam membangun hubungan, persahabatan, dan juga hubungan jangka panjang yang langgeng antara dua negara tetangga, Australia dan Indonesia,” kata Kader.
Pilihan Editor: Prabowo Ungkap Keseriusan Indonesia Gabung BRICS saat di Brasil