Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Obat ARV bagi pengidap HIV - AIDS mengalami kelangkaan di 40 kabupaten dan kota di Indonesia. Jaringan Indonesia Positif yang merupakan jaringan nasional yang mewadahi Orang dengan HIV atau AIDS (ODHA) di seluruh Indonesia mengecam situasi ini.
Situasi ini dinilai membahayakan kesehatan orang yang hidup dengan HIV, merusak upaya untuk menghentikan epidemi dan mendiskreditkan upaya mengoptimalkan proses pengadaan obat-obatan esensial, khususnya ARV.
Direktur dari LSM Rumah Cemara, Aditia Taslim mengatakan kesehatan adalah hak dan kebutuhan yang paling mendasar bagi setiap manusia. ODHA merupakan warga negara yang haknya wajib dipenuhi dan dilindungi oleh negara.
"Dan ketika isu kesehatan serta obat dijadikan komoditas, maka hak dan kebutuhan ODHA akan menjadi terancam. Kejadian stock-out ini bukan yang pertama kali terjadi. Ini bukti ketidakseriusan pemerintah dalam melindungi warganya," kata Aditia melalui siaran pers pada Sabtu, 7 Maret 2020.
Selain itu, berdasarkan catatan dari LSM Indonesia AIDS Coalition, kejadian krisis stok obat ini sudah terjadi beberapa kali dalam dua tahun terakhir tanpa ada solusi kongkrit dari Kementerian Kesehatan. Dana APBN yang sudah dialokasikan guna pembelian obat ARV ini tidak bisa dieksekusi dikarenakan sistem dan mekanisme pengadaan obat ini tidak efisien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koordinator Nasional Ikatan Perempuan Positif Indonesia Baby Rivona mengatakan kelangkaan obat ARV mengancam nyawanya. “ARV adalah nyawa bagi saya. Dengan krisis stok saat ini, nyawa saya terancam. Kondisi ini tidak seperti yang selalu dijanjikan pemerintah terkait stok, jujur situasi ini membuat saya takut. Ketakutan saya adalah siapa yang akan menjamin kehidupan anak saya jika saya mati. ARV buat saya adalah harga mati” ujarnya.
Situasi kosongnya stok obat ARV kali ini bahkan terjadi juga di beberapa rumah sakit di Jakarta. Wahyu Khresna dari Yayasan Kharisma menegaskan bahwa ODHA bukan hanya sekedar angka yang harus dikejar, melainkan harus dipenuhi kebutuhan dasarnya oleh negara.
"Dan kebutuhan yang sangat mendasar bagi ODHA adalah obat ARV di mana saat ini terjadi banyak kekosongan di beberapa wilayah. Ketika negara lalai dengan warganya maka perlu adanya sikap revolusioner untuk membantu negara dalam memenuhi kebutuhan warganya," kata Wahyu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini