Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Pakar Sebut 4 Hal yang Membuat Mayjen Maruli Layak Jadi Pangkostrad

ISESS menilai faktor kekerabatan dan chemistry dengan Panglima Tertinggi atau presiden menjadi nilai tambah Pangkostrad Mayjen Maruli Simanjuntak.

23 Januari 2022 | 12.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mayor Jenderal Maruli Simanjuntak akan didapuk sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Kepastian ini menjadi ujung dari simpang siur kabar pengisi jabatan yang ditinggalkan oleh Jenderal Dudung Abdurachman tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan Maruli memang memenuhi kriteria dari sisi kebutuhan, kapabilitas, kekayaan pengalaman, dan prestasi. Namun ia mengatakan Maruli sebenarnya bukan satu-satunya kandidat yang cocok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dalam hal ini, bisa saja faktor kekerabatan dan chemistry dengan Panglima Tertinggi, menjadi nilai tambah bagi Maruli," kata Khairul Sabtu, 23 Januari 2022.

Nama Maruli memang sudah populer sejak periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia banyak diprediksi akan menjadi salah satu bintang yang bersinar di tubuh TNI AD. Ia lama bertugas di Istana sebagai Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dan bahkan menjabat sebagai Komandan Paspampres pada periode 2018-2020.

Bahkan, Khairul menilai nama Maruli sudah cukup menonjol sebelumnya, yakni saat peristiwa penyerangan oleh sejumlah anggota Kopassus ke Lapas Cebongan Yogyakarta.

Khairul menilai Maruli terbilang muda untuk jabatan Pangkostrad, yakni lulusan Akademi Militer tahun 1992. Karena itu, Khairul berharap Maruli bisa menawarkan gagasan segar pengembangan kemampuan dan kekuatan Kostrad menghadapi tantangan dan ancaman peperangan generasi keempat dan seterusnya.

Apalagi, ia memprediksi, peperangan di masa depan akan ditandai dengan kaburnya garis antara perang dan politik, kombatan, dan warga sipil. Peperangan juga akan bersifat hibrida dan asimetris, berkaitan dengan teknologi, globalisasi, pergeseran norma moral dan etika serta disparitas militer konvensional.

"Di mana para pihak yang terlibat tidak lagi berhadapan secara langsung, tetapi bermanuver secara dinamis pada medan yang menyebar dan tidak terpusat," kata Khairul ihwal tantangan yang akan dihadapi Pangkostrad Mayjen Maruli Simanjuntak.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus