Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Perubahan bangunan dan atraksi Glow dikhawatirkan mengganggu pengusulan Kebun Raya Bogor menjadi Situs Warisan Dunia.
BRIN mengaku tidak risau karena tak ada pembangunan baru yang dilakukan dan area yang diusulkan lebih kecil.
Dokumen tambahan soal usulan Kebun Raya Bogor sebagai Situs Warisan Dunia dikirimkan pada 12 September 2021 ke UNESCO.
MELANI Abdulkadir-Sunito, 58 tahun, sangat terusik oleh perubahan yang terjadi di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Pengajar di Fakultas Ekologi Manusia IPB University itu menyukai Kebun Raya bukan karena ia kuliah di Institut Pertanian Bogor, tapi lantaran orang tuanya sangat suka tanaman. Sepekan sekali ia rutin mengunjungi kebun botani yang sedang berproses menjadi Situs Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) itu. “Kalau dalam proses pengajuan World Heritage Site ada perubahan, itu bisa digagalkan,” kata Melani, Kamis, 28 Oktober lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kehadiran atraksi Glow, menurut anggota Perhimpunan Bogor100 (kelompok yang ingin Kebun Raya Bogor berstatus cagar budaya dunia), merupakan batu sandungan bagi Kebun Raya Bogor mendapatkan predikat Situs Warisan Dunia. “Siapa bilang tidak ada pembangunan? Di Taman Meksiko dan Taman Akuatik dibangun kafe, tempat selfie, dan pelataran semen,” ujar Melani. “Mereka membuat perubahan-perubahan di area yang hendak di-heritage-kan. Ini kan area original garden,” tutur penggagas petisi online “Stop Glow! Dukung WHS” itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengusulan Kebun Raya Bogor sebagai Situs Warisan Dunia, kata Melani, dimulai sejak 2010 oleh Perhimpunan Bogor100. Namun prosesnya terhenti ketika beberapa tokoh kunci komunitas itu meninggal. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kemudian mengambil alih. Menurut situs web LIPI, penyusunan dokumen Tentative List sebagai prasyarat awal nominasi dilakukan sejak 25 September 2017. Dokumen itu diajukan ke Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 8 Juni 2018. Kebun Raya Bogor resmi terdaftar di Tentative List UNESCO World Heritage Site pada 26 April 2018.
Alasan utama menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai Situs Warisan Dunia adalah untuk melindunginya. Menurut Melani, status warisan dunia dan cagar budaya nasional punya implikasi berbeda. Kalau berstatus warisan dunia seperti Taman Nasional Komodo, UNESCO akan datang mengecek jika ada perubahan. Status bisa terancam dicabut. Tapi tidak ada sanksi hukum. “Ya, kita dipermalukan secara internasional, kehilangan pengunjung. Tapi tidak ada hukuman,” ucapnya. “Kalau statusnya cagar budaya, ada sanksi bila ada aktivitas yang merusaknya.”
Manfaat lain dari status warisan dunia, menurut Direktur Pelindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Irini Dewi Wanti, adalah pengakuan atas identitas warisan budaya. Menurut Irini, penetapan status cagar budaya dunia memiliki manfaat luas. “Itu juga tentu mempunyai nilai baik bagi tumbuhannya sendiri, nilai identitas secara universal, sampai ke ranah identitas bangsa. Ini kan tentunya menjadi simbol wajah negara juga,” tuturnya, Jumat, 5 November lalu.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, dalam usulan pertama, yang diajukan sebagai Situs Warisan Dunia adalah keseluruhan wilayah Kebun Raya yang sekitar 87 hektare. Usulan itu, kata Handoko, kemudian direvisi. "Mengapa? Kalau seluruhnya, penduduk bisa kena. Nanti kalau penduduk mau renovasi (rumah atau bangunannya) kan harus minta izin ke (kantor pusat UNESCO) Paris,” ujarnya, Selasa, 2 November lalu.
Menurut Handoko, Pemerintah Kota Bogor juga berkeberatan terhadap luas area pada usulan awal itu. Sebab, kata dia, pihak pemerintah kota tidak mudah melakukan perbaikan terhadap sungai yang ada di pinggir Kebun Raya Bogor. Ia mengaku mempelajari lagi usulan itu dan melihat syarat utamanya, yaitu yang punya makna besar untuk kemanusiaan. “Itulah yang kemudian mendorong adanya revisi luas area yang diusulkan. Itu tidak apa-apa. Kan, proses bisa diperbarui,” ucapnya. Dokumen perbaikan dikirimkan pada 2019.
Setelah pengajuan itu, ada permintaan menyerahkan dokumen tambahan. Menurut Irini, ada permintaan melengkapi bahan, yaitu peta yang memperlihatkan luas wilayah yang akan diusulkan, daftar atribut yang memiliki nilai luar biasa dan universal, serta rencana pengelolaan di masa mendatang. Dalam dokumen terbaru yang dikirimkan ke Sekretariat UNESCO pada 14 September 2021 itu, luas yang diusulkan 27,1 hektare zona inti dan 92,4 hektare zona penyangga. “Tak ada perubahan luasan. Cuma titik koordinatnya yang diperbaiki,” kata Irini.
Proyektor berkekuatan 30.000 Ansi untuk menyorotkan gambar ke arah pepohonan, di depan Taman Astrid, Kebun Raya Bogor, Bogor/Tempo/Dody Hidayat
Di tengah proses pengajuan cagar budaya inilah ada sejumlah perubahan bangunan yang dilakukan di Kebun Raya Bogor, termasuk atraksi Glow itu. Melani Abdulkadir-Sunito mengaku belum menghitung seberapa besar perubahannya. Namun dia mengingatkan syarat sebuah situs warisan dunia adalah memiliki nilai universalitas, integritas, dan orisinalitas. Universalitas adalah kemanfaatan sebagai area konservasi, seperti oasis di tengah kota. Integritas adalah interaksi yang sudah terbangun lama antara tanaman dan bangunan serta peneliti di dalamnya.
Melani memberi contoh Taman Teijsmann di Kebun Raya Bogor, yang bentuknya seperti taman di Eropa, sebagai nilai orisinalitas. Taman itu memiliki sentral berupa tugu untuk mengenang Johannes Elias Teijsmann, kurator Kebun Raya yang menggeser kebun menjadi kebun botani. Menurut Melani, tugu itu diberikan oleh teman-teman dan pengagum Teijsmann pada 1884. Marmernya khusus dibawa dari Berlin, Jerman. “Tapi jalan batu gico—batu kali kecil yang disusun tanpa semen—yang mengelilingi taman itu sudah dicor,” ujarnya.
Melani mendapat informasi bahwa Taman Teijsmann termasuk salah satu yang dikeluarkan dari wilayah yang diusulkan untuk Situs Warisan Dunia. “Mereka mengatakan apa pentingnya taman ini. Taman kosong, tidak ada koleksi tumbuhannya,” ucap Melani menirukan argumentasi pihak BRIN yang ia dengar dari koleganya. “Daerah terbuka tanpa ada tanaman koleksi kalau mereka mau mengkomersialisasinya gampang sekali,” katanya.
Arca Nandi di kawasan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Juli 2020/Tempo/Amston Probel
Irini juga mengemukakan bahwa setiap perubahan di Kebun Raya pasti akan berdampak pada proses penetapan cagar budaya dunia. Ia menilai atraksi Glow memicu kekhawatiran dan berpotensi mengancam nilai universalitas yang menjadi bahan argumentasi usulan menjadi Situs Warisan Dunia. “Makanya sekretariat (UNESCO) bisa saja memberi catatan yang bisa berimbas pada proses nominasi yang sedang berlangsung,” tuturnya. “Masak, di tengah jalan kita melakukan perubahan?”
Laksana Tri Handoko menilai kontroversi Glow dan perubahan di Kebun Raya Bogor tak akan berpengaruh besar terhadap pengusulan status cagar budaya dunia. Dalam wawancara kepada Tempo, dia menunjukkan lokasi-lokasi yang diajukan sebagai cagar budaya, yang memang sebagian kecil dari luas area Kebun Raya. “Kami tidak ada pembangunan baru,” ujarnya. Handoko mengatakan malah akan membongkar sembilan rumah dinas dan satu lapangan tenis.
Kalau soal luas area yang diusulkan lebih kecil daripada usulan awal, kata Handoko, itu pertimbangan praktis. Ia menilai situs dunia lain melakukan hal yang sama. “Di mana pun di dunia yang mengajukan WH (World Heritage) itu sekecil mungkin. Yang penting sudah ada. Plang bisa ditempel di mana saja. Emangnya Singapura berapa? Intinya tidak semua. Kalau terlalu luas, saat peneliti perlu menanam anggrek, nanti enggak bisa,” ucapnya.
Irini mengatakan kini proses selanjutnya ada di UNESCO. Secara umum, kata dia, prosesnya bisa dua tahun dari sejak kita mengusulkan. Badan dunia itu punya mekanisme kerja dalam memproses usulan. Biasanya ada pengecekan kelengkapan berkas, dan itu bisa ada pengembalian. “Jadi memang bisa sampai dua tahun. Sekarang kita menunggu,” ujarnya. Ia berharap tak perlu menunggu dua tahun.
DODY HIDAYAT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo