Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Jalan Panjang Perseteruan PBNU dan PKB

Jejak Perseteruan PKB-PBNU

18 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSETERUAN antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terus memanas. Setelah muncul keinginan menggelar muktamar tandingan PKB untuk mendongkel kepemimpinan Muhaimin Iskandar yang kembali terpilih sebagai ketua umum hasil Muktamar PKB di Bali pada Agustus 2024, kini muncul rencana menggelar muktamar luar biasa (MLB) terhadap kepengurusan NU untuk mendongkel kepemimpinan Yahya Cholil Staquf.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keinginan untuk menggelar MLB NU itu dimotori pengasuh Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Abdussalam Shohib. Dia mengklaim menampung sejumlah keluhan pengurus dan warga NU—sering disebut nahdliyin—yang resah terhadap arah kepemimpinan PBNU saat ini. “Untuk hotline dan call center melalui nomor telepon sudah langsung dibuka," ujar Abdussalam Shohib saat dihubungi pada 6 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia juga mengklaim menerima pesan melalui aplikasi perpesanan WhatsApp maupun surat elektronik atau e-mail dari pengurus cabang (PCNU) dan warga NU tentang keresahan kondisi NU. "Bahkan PCNU luar negeri,” ujar Abdussalam.

Ihwal dorongan percepatan MLB NU ini sebagai respons atas desakan muktamar tandingan PKB, Abdussalam, yang dikenal dekat dengan Muhaimin, mengatakan tak ada kaitan langsung. Dia mengatakan keresahan pengurus NU di tingkat bawah dirasakan sebelum memanasnya hubungan PBNU-PKB menjelang Pemilu 2024.

Adapun Ketua PBNU Abdullah Latopada menegaskan tidak ada pengurus tingkat cabang dan wilayah yang terlibat dalam isu MLB NU. Dia mengatakan MLB NU itu merupakan isu yang digulirkan segelintir orang yang tidak mempunyai legitimasi dalam kepengurusan PBNU. “Itu hanya isu yang didengungkan segelintir orang pengangguran,” ujar Latopada kepada wartawan sebagaimana dimintai konfirmasi di Jakarta pada Ahad, 15 September 2024.

Jika merunut ke belakang, konflik kepengurusan PBNU saat ini dengan PKB berakar sejak 2005. Saat Muktamar PKB pada 2005, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin terpilih sebagai Ketua Umum PKB, sementara Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Ketua Dewan Syuro PKB.

Tiga tahun kemudian, kondisi internal PKB meruncing. Muncul isu tentang upaya melengserkan Gus Dur melalui muktamar luar biasa. Sebagai respons, rapat gabungan PKB memutuskan mencopot Cak Imin dari posisi ketua umum. Tak terima, Cak Imin mengajukan gugatan ke pengadilan dan menang. Pencopotannya sebagai Ketua Umum PKB dibatalkan.

Konflik terus berlanjut. Kedua belah pihak yang berseteru menggelar MLB sendiri-sendiri. Kubu Gus Dur menggelar MLB di Parung (Bogor) pada 30 April hingga 1 Mei 2008. Sedangkan kelompok Cak Imin menggelar muktamar di Hotel Mercure Ancol sehari berselang.

MLB Ancol memutuskan Cak Imin kembali duduk sebagai Ketua Umum PKB. Lalu Cak Imin mendaftarkan kepengurusan partainya ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan disahkan. Keputusan Kementerian Hukum itu kemudian digugat kubu Gus Dur ke Pengadilan Tata Usaha Negara, tapi ditolak. Pada Juli 2008, Mahkamah Agung memutuskan menolak permohonan kasasi PKB Gus Dur. MA memutuskan struktur kepengurusan PKB kembali ke hasil Muktamar Semarang 2005.

Seiring berjalannya waktu, hubungan antara PKB dan PBNU berjalan harmonis saat Ketua Umum PBNU dijabat Said Aqil Siroj. Namun hubungan ini mulai memanas sejak Ketua Umum PBNU dijabat Yahya Cholil Staquf pada 2021. Yahya dikenal sebagai loyalis Gus Dur. Saat Muktamar NU ke-34 di Lampung, Yahya membawa visi "Menghidupkan Gus Dur".

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Kukuh S. Wibowo berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus