Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tiga mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ciptakan platform bernama DreamFam.id untuk menyokong terbentuknya keluarga Qur’ani masa kini. Ketiga mahasiswa ini berasal dari dua fakultas yang berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Viska Rinata dan Fina Kharisma Musallamah berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sementara Tsania Khoirunnisa berasal dari Fakultas Sastra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DreamFam.id merupakan platform digital yang fokus membangun marriage self awareness atau kesadaran diri untuk menikah yang diintegrasikan dengan Artificial Intelligence. Platform ini bekerja dengan tiga sistem, yakni identifikasi, deteksi dan edukasi.
Tercetusnya ide ini tak lepas dari fenomena childfree yang mendapatkan atensi beberapa waktu belakang.
Menurut Viska Rinata, tren childfree saat ini telah bertransformasi menjadi gaya hidup masyarakat urban. Pada akhirnya, memicu terjadinya 'resesi seks legal' dan anjloknya populasi anak secara signifikan di banyak negara, termasuk Indonesia.
"Munculnya fenomena childfree sangat dipengaruhi oleh orientasi hidup masyarakat modern yang sangat memprioritaskan karier dan mengedepankan tujuan hidup materialistis,” ujar Viska yang mengetuai tim, dikutip dari laman resmi UM pada Senin, 30 Oktober 2023.
Tsania Khoirunnisa mengatakan dalam kajian Islam, hukum childfree pada dasarnya mubah atau boleh. Hal ini karena dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara eksplisit kewajiban pasangan suami istri untuk memiliki anak.
"Akan tetapi, yang menjadi fokus permasalahan ialah masyarakat cenderung mengikuti gaya hidup childfree tanpa alasan yang tepat dan hanya mengejar tujuan temporal-duniawi. Lebih parah lagi, merebak gagasan di kalangan muda-mudi untuk melajang selamanya dan menyalurkan hasrat seksual mereka secara ilegal di luar institusi pernikahan yang sah,” ujar Tsania.
Melalui gagasannya, ketiga mahasiswa ini memformulasikan konsep marriage self awareness untuk mewujudkan institusi keluarga Qur’ani. Laman dreamfam.or.id dirancang berbasis Artificial Narrow Intelligence dengan metode deteksi naïve bayes.
Pada aspek edukasi dalam platform ini, dipaparkan kriteria keluarga ideal dalam pandangan Al-Qur’an yang diformulasikan melalui frasa 'sakinah, mawaddah, wa rahmah'. Selain itu, platform ini memberikan gambaran keluarga Nabi Ibrahim yang mampu mencetak generasi unggul sekaligus memiliki kecakapan hidup.
Meskipun platform ini dapat diaplikasikan pada ranah luas, namun Fina Kharisma menekankan bahwa targetnya spesifik. Dengan demikian, isu childfree dapat dikendalikan dan tidak berisiko pada tatanan kehidupan masyarakat.
"DreamFam.id diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar secara personal kepada pengguna untuk dapat memutuskan langkah hidupnya setelah menikah. Aplikasi ini dapat membantu pemerintah dalam mengefisienkan program-program pembinaan keluarga yang berkualitas dan berorientasi pada keluarga produktif," kata Fina Kharisma.
Adapun soal fenomena childree ini, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan ada dua dampak childfree bagi kehidupan. Pertama, pilihan hidup tanpa anak jika dipahami lebih dalam lagi dapat menyebabkan krisis demografi.
Alasannya, terdampaknya pada ketidakseimbangan populasi muda dengan populasi tua. "Jelas akan mengancam demografi, krisis demografi terjadi karena sebentar lagi orang tua jumlahnya sebanyak," kata Hasto pada Kamis, 16 Februari 2023.
Hasto mengatakan dampak kedua yaitu, keberadaan jumlah lansia berjumlah banyak ditambah dengan kondisi kelompok muda tidak produktif akan berprevalensi terhadap krisis ekonomi. "Apalagi yang muda tidak produktif dan yang tua banyak sedangkan yang tua rata-rata pendidikannya 8,3 tahun," ujarnya.
Tak hanya itu saja, Hasto juga mengatakan childfree akan memicu berbagai masalah dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang turut berujung pada ramainya pengangguran. "Ada semuanya mengancam pertumbuhan ekonomi negara," kata dia.
Namun melihat kondisi terkini, Hasto memperkirakan di Indonesia sendiri tampaknya jauh dari wacana childfree. Bahkan, menurut Hasto, butuh 50 tahun Indonesia sampai di tahap tersebut. "Tapi saya yakin Indonesia tidak akan terjadi, masih butuh waktu 50 tahun dari sisi demografi," ujarnya.
Pilihan Editor: Banyak Kampus Bikin Fakultas Kedokteran, Bagaimana Rencana ITB?