Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUKUNGAN Partai NasDem terhadap pemerintahan Prabowo Subianto memicu kontroversi. Elite partai politik yang didirikan oleh Surya Paloh pada 2011 itu memilih tak masuk kabinet Prabowo, tapi menyatakan tetap mendukung pemerintahan Ketua Umum Partai Gerindra tersebut dalam lima tahun ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Ketua Umum Partai NasDem Saan Mustopa mengatakan keputusan NasDem tidak masuk kabinet Prabowo bukan karena kekecewaan akibat tak mendapat posisi strategis di kabinet. "Jadi, bukan karena, misalnya, portofolionya enggak pas. Itu enggak ada sama sekali," kata Saan di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta, pada Senin, 14 Oktober 2024.
Saan berdalih, partainya merasa tahu diri. NasDem bukan pendukung Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden 2024. Dalam pemilihan itu, NasDem mengusung Anies Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden dan wakil presiden. Namun jagoan NasDem kalah oleh Prabowo-Gibran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah pemilihan presiden, Ketua Umum NasDem Surya Paloh mengatakan partainya mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan. Paloh dan Prabowo juga berkali-kali bertemu untuk membahas dukungan NasDem.
Sejak berdiri, NasDem selalu berada dalam barisan pendukung pemerintah. Partai ini mendukung Joko Widodo dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019. Jokowi dua kali memenangi pemilihan presiden tersebut. Partai NasDem pun setia mendukung pemerintahan Jokowi hingga ujung masa jabatan mantan Wali Kota Solo tersebut.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo