Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Mengenang Mantan Rektor UGM Ichlasul Amal dan Kontribusinya Bagi Reformasi

Mantan Rektor UGM periode 1998-2002, Ichlasul Amal meninggal pada Kamis, 14 November 2024. Ini kontribusinya bagi reformasi.

16 November 2024 | 19.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada atau UGM periode 1998-2002, Ichlasul Amal meninggal pada Kamis, 14 November 2024. Kabar ini disampaikan oleh Guru Besar Hubungan Internasional UGM, Mohtar Mas'oed.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Prof. Dr. Ichlasul Amal, mantan Rektor UGM, meninggal dunia pagi ini jam 2.40 di RSPI, Jakarta," kata Mohtar dalam keterangannya, Kamis, 14 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jasad Ichlasul Amal akan dibawa ke Yogyakarta untuk dimakamkan di Makam Keluarga UGM Sawitsari. "Mohon doa," kata Mohtar.

Perjalanan pendidikan tinggi Ichlasul Amal dimulai di UGM pada 1967. Dia memilih mengambil jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Di sana, Ichlasul Amal menempuh masa studi selama lima tahun.

Pria kelahiran Jember ini melanjutkan studi masternya di Amerika Serikat pada 1974. Ichlasul Amal memperdalam ilmunya di bidang politik dengan menempuh studi di Northern Illinois University, Amerika Serikat.

Amal kemudian melanjutkan studinya di Monash University, Australia untuk meraih gelar doktor. Setelah lulus, Amal banyak berkarier di UGM, mulai dari pengajar hingga petinggi kampus.

Pada 2003, Amal diamanahkan menjadi Ketua Dewan Pers. Dia memimpin organisasi itu selama tujuh tahun hingga 2007.

Amal sangat berperan penting dalam gerakan menuju reformasi 1998. Bahkan, pada saat demonstrasi besar-besaran di Yogyakarta pada 20 Mei 1998, ia bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X, didampingi Ratu Hemas, berorasi di lapangan depan Grha Sabha Pramana UGM berorasi di depan ribuan mahasiswa. Ribuan mahasiswa lalu menuju ke Keraton Yogyakarta dengan jalan kaki.

Ichlasul yang saat itu menjadi Rektor UGM, mendukung aktif aksi moral mahasiswa yang menuntut perubahan di tengah krisis ekonomi, kepemimpinan dan politik nasional. Saat itu, ribuan mahasiswa dari banyak universitas turun ikut demonstrasi menentang dan menuntut presiden saat itu Soeharto.

Mereka menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kondisi bangsa. Ichlasul Amal berdiri di garis depan bersama mereka. 

Saat aksi demonstrasi itu, ia bersama Sultan yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara aktif mendukung gerakan mahasiswa ini. “Kalau Ngarso Dalem (Sultan) sudah mendukung gerakan mahasiswa, Soeharto pasti tumbang,” kata Budi Sasono saat itu, ia masih menjadi mahasiswa dan ikut aksi demonstrasi.

Sebagai rektor saat itu, Ichlasul membuka ruang bagi mahasiswa untuk menyuarakan tuntutan mereka di lingkungan kampus. Pada saat itu, reformasi mulai menggema di seluruh negeri. Mereka mengangkat isu KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme) yang terjadi pada pemerintahan Soeharto.

Aksi-aksi demonstrasi mahasiswa saat itu selalu dilawan dengan kekuatan polisi dan militer. Bahkan suatu saat, puluhan mahasiswa diangkut dengan truk polisi dan dibawa ke markas Kepolisian Daerah atau Polda DIY. Para mahasiswa yang diangkut ke Polda lalu dibebaskan atas permintaan Ichlasul Amal.

Mahasiswa Yogyakarta menjadi demonstran yang mengawali aksi-aksi menjelang tumbangnya Soeharto, 21 Mei 1998. Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan presiden waktu itu. Habibie, wakil presiden lalu menggantikan jabatannya.

Ichlasul Amal wafat di RSPI Jakarta di usia 82 tahun. Jasad Ichlasul Amal akan dibawa ke Yogyakarta untuk dimakamkan di Makam Keluarga UGM Sawitsari.

MICHELLE GABRIELA  | MUH. SYAIFULLAH

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus