Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Pengantin Misterius Penerobos Markas

Bom bunuh diri meledak di markas polisi Poso. Polisi menuduh pelakunya anggota Jamaah Tauhid pimpinan Santoso.

9 Juni 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDUDUK Poso baru menghidupkan kota di Sulawesi Tengah ini menjelang siang. Karena itu, ketika Ani sampai di toko sepeda motor Makmur Motor pukul delapan pagi Senin pekan lalu, tempat kerjanya belum buka. Ibu rumah tangga 29 tahun ini duduk menunggu di sadel sepeda motornya, menghadap Jalan Pulau Sumatera di depan toko.

Di seberangnya, Markas Kepolisian Resor Poso juga lengang. Tak biasanya, tidak ada polisi apel di halaman markas. Penjaga juga tak terlihat. Tiba-tiba, duar, ledakan terdengar. Ani, yang kaget, menghambur ke arah gudang penyimpanan sepeda motor. Ia melihat benda-benda kecil dan pasir berhamburan dari halaman markas polisi. "Suaranya keras sekali," kata ibu tiga anak ini.

Polisi menyatakan ledakan itu berasal dari bom bunuh diri. Inilah ledakan bom pertama dengan modus bunuh diri sejak kabupaten itu disergap terorisme dan kerusuhan pada 2002. Tak seperti kesaksian Ani yang tak melihat ada orang masuk halaman kantor Markas, polisi merilis dugaan sementara pelaku ledakan itu: pria berusia 30-40 tahun yang menerebos masuk halaman Markas. "Ia mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter tanpa nomor polisi," ujar Ajun Komisaris Besar Susnadi, Kepala Polres Poso.

Polisi menyatakan ciri-ciri pelaku bunuh diri—biasa disebut dengan kode "pengantin"—adalah kulit warna sawo matang, rambut lurus, tahi lalat berambut pada dada sebelah kiri, tahi lalat berambut pada tangan kiri depan, dan dua keloid pada siku kanan panjang dua sentimeter. Selain itu, ada bekas luka di kepala bagian samping kanan yang tidak ditumbuhi rambut sepanjang enam sentimeter, bekas jahitan pada lengan bawah kiri bagian depan, dan bekas luka di dahi bagian tengah sebelah alis kanan.

Saat meledakkan diri, ia memakai jaket hitam, celana jins biru, dan helm; membawa ransel; serta bersepatu. Menurut beberapa polisi yang berjaga di pos, ia tak menghiraukan teguran agar tak masuk kantor polisi. "Saya tegur agar ia jalan lurus ke arah masjid karena di halaman belakang ada apel," kata Brigadir Dua Andri, anggota Sabhara yang berjaga di pos depan.

Alih-alih mendengar teguran Andri, pengendara sepeda motor itu malah berhenti. Asap mengepul dari bawah sepeda motornya. "Awas, ada ledakan. Tiarap!" polisi lain berteriak. Saat itu, motor pengendara misterius tersebut meletikkan ledakan-ledakan kecil. Belum sempat para polisi di pos jaga ini sadar dengan peringatan itu, bum, sepeda motor dan orang asing tersebut meledak. Tubuhnya hancur berkeping melayang di udara.

Peserta apel Senin di belakang kantor Polres berhamburan lari. Susnadi, yang menjadi pembina upacara, memerintahkan semua akses masuk dan keluar Poso ditutup. "Untung saya pindahkan apel ke belakang kantor," ujar Susnadi. Seandainya apel digelar di halaman depan, bom itu pasti memakan korban anak buahnya yang sedang mengikuti upacara.

Bukan tanpa dasar ia memindahkan apel rutin itu. Beberapa hari sebelumnya, Susnadi mendengar laporan intelijen yang mengingatkan teror di Poso akan meningkat dua-tiga hari ke depan. Info yang sama diterima Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Ari Dono Sukmanto. Ia pun meluncur ke Poso akhir Mei lalu. "Empat-lima hari beliau di sana, lalu terjadi peristiwa itu," ucap Ajun Komisaris Besar Soemarno, juru bicara Polda Sulawesi Tengah.

Selain berkunjung ke Poso, Ari Dono memerintahkan anak buahnya menggandakan operasi keamanan di Koroncopu, pesisir utara Poso, yang diduga menjadi daerah persembunyian para teroris. Polisi menggolongkan pesisir utara Poso sebagai wilayah rawan karena sering terjadi aksi teror. Para buron juga terdeteksi berkeliaran di sana.

Dengan berbekal olah tempat kejadian ledakan dan serpihan tubuh pelaku bom bunuh diri, polisi menyimpulkan pelakunya berasal dari Jamaah Ansharut Tauhid, kelompok Islam garis keras yang didirikan Abu Bakar Ba'asyir pada 2008. "Pelaku masuk Jamaah lewat jaringan Santoso," kata Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, juru bicara Markas Besar Kepolisian RI. Santoso adalah teroris Poso paling dicari Detasemen Khusus Antiteror saat ini.

Meski begitu, Boy membuka kemungkinan ada kelompok selain kelompok Santoso yang bertanggung jawab dalam teror bom bunuh diri ini. "Sebab, masih banyak jaringan yang belum terungkap," ujarnya. Kecurigaan kepada Santoso didasarkan pada keberadaannya yang misterius dan jika meneror sasarannya adalah polisi. Ia membunuh tiga anggota polisi di Palu dua tahun lalu.

Kecurigaan polisi terhadap Jamaah Tauhid ditanggapi dingin oleh juru bicaranya, Son Hadi. "Saya pikir tuduhan ini hanya pengalihan untuk menutupi kegagalan polisi membuat program deradikalisasi yang banyak makan biaya," katanya. Ia justru curiga polisi sendirilah pelaku pengeboman itu. Alasannya sederhana: tak sari-sarinya apel dipindah ke halaman belakang dan Kepala Polda Sulawesi Tengah berkunjung ke Poso.

Peneliti terorisme dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, menganalisis, dari modus ledakannya, pelaku bom bunuh diri itu jaringan baru di Poso. "Tujuannya menciptakan efek teror yang besar, hanya perencanaannya tak matang," ujarnya. Kelemahan strategi ini, menurut Andi, semestinya bisa diendus polisi dengan menangkap pelakunya.

Kesimpangsiuran ini mendorong Badan Nasional Penanggulangan Terorisme meminta polisi bertindak tegas kepada teroris dan jaringannya. Menurut Kepala Badan Ansyaad Mbai, bila polisi membiarkan jaringan teroris berkembang biak, Indonesia tak lama lagi seperti Pakistan, yang dirundung teror Taliban. "Hukum kita terlalu lunak kepada mereka," katanya.

Maria Rita Hasugian, Amar Burase (Poso), Subkhan J. Hakim (Jakarta)


Detik-Detik Bom Bunuh Diri

  • Pelaku tak menghiraukan teguran agar tak masuk kantor polisi.
  • Alih-alih mendengar teguran Andri, pengendara sepeda motor itu malah berhenti. Asap mengepul dari bawah sepeda motornya.
  • Motor meletikkan ledakan-ledakan kecil.
  • Bum, sepeda motor dan orang asing tersebut meledak. Tubuhnya hancur berkeping melayang di udara.

    Ciri Pelaku

  • Kulit sawo matang
  • Rambut lurus
  • Memakai jaket hitam
  • Bercelana jins biru
  • Mengenakan helm
  • Membawa ransel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus