Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Kanan-Kiri Mencari Pengganti

Menggelar konvensi calon presiden, Partai Demokrat mengajak sejumlah tokoh ikut bergabung. Strategi mendongkrak pamor.

9 Juni 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MATAHARI sudah sepenggalah ketika Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman diarak menuju Bandar Udara Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. Mengenakan pantalon hitam, kemeja batik, serta sepatu berujung runcing, tampilan Irman kian meriah dengan mahkota burung cenderawasih di kepala. Diapit tujuh penari bertelanjang kaki, ia berlari dua kilometer bersama puluhan warga Papua Barat lainnya. Rutenya: dari Hotel Le Meridien Sorong ke pintu pesawat yang akan membawa Irman kembali ke Jakarta.

"Lari siang" Jumat, 3 Mei lalu, itu kabarnya tak dijadwalkan. Menurut Paulus Samino, anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Papua, ini adalah kejutan setelah deklarasi Irman Gusman sebagai calon presiden. Semula, Irman diundang ke Sorong untuk menjadi pembicara seminar 50 tahun bergabungnya Irian Barat. Namun, seusai acara, Irman justru didaulat jadi calon presiden. "Kami dukung Irman Gusman menjadi capres RI," kata Rudolf Jusuf Marinussy, Kepala Suku Yapen Waropen, Sorong Raya. "Kami berharap Irman memperjuangkan ketidakadilan, kemiskinan, dan kebodohan di Papua."

Prosesi ini adalah deklarasi resmi pertama Irman Gusman setelah menyatakan berniat maju menjadi calon presiden pada Pemilu 2014. Semula Irman mengaku tak tertarik nyapres karena harus diusulkan partai politik. Belakangan ia malah berniat ikut konvensi Partai Demokrat.

Keputusan itu muncul setelah lelaki kelahiran Padang Panjang, 51 tahun lalu, ini bertemu dengan Susilo Bambang Yudhoyono di kantor Presiden pada 10 April lalu. Selepas pertemuan membahas posisi Dewan Perwakilan Daerah, Yudhoyono mengingatkan soal perhelatan politik yang akan digelar partainya. "Pak Irman, ada konvensi, lo," ujar Irman menirukan Ketua Umum Demokrat itu. Sang tamu mengiyakan. "Siap, Pak. Kalau diperintah, saya siap maju."

Berharap lolos konvensi, mantan Wakil Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ini menyusun visi dan misi. Rajin blusukan ke daerah, Irman dibantu sejumlah kolega di Dewan Perwakilan Daerah. Ia juga rajin tampil di iklan layanan masyarakat—salah satunya iklan di Hari Kartini, 21 April lalu.

Sambil menunggu pendaftaran dibuka, Irman mengontak Ketua Harian Demokrat Syarief Hasan dan Sekretaris Dewan Pembina Jero Wacik untuk menanyakan mekanisme dan kriteria. Ia juga bertemu dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, yang maju pula sebagai calon peserta. "Kami saling menjajaki," kata Irman.

Marzuki, Wakil Ketua Majelis Tinggi Demokrat, mengaku diperintah Yudhoyono ikut konvensi. Permintaan itu disampaikan melalui pesan pendek, dua hari setelah Ketua Umum Demokrat ini bertemu dengan Irman. "Saya dipesan agar mempersiapkan diri ikut konvensi," ujar Marzuki.

Sejak itu, Marzuki siaga. Meski pendaftaran belum lagi dibuka, pendukungnya di Sawahlunto sudah memasang baliho "Marzuki for President", lengkap dengan foto Marzuki, Yudhoyono, dan Ketua Demokrat Kota Sawahlunto Asrijal. Spanduk serupa ditebar di sepanjang Payakumbuh dan Bukittinggi, Sumatera Barat.

Marzuki juga minta restu kepada Ketua Utama Al-Khairaat Sayyid Saggaf di Palu, Sulawesi Tengah. Datang pada 22 Mei lalu, didampingi orang dekatnya, Syofwatillah Mohzaib, ia minta didoakan selamat pada tahun politik 2014, yang disebutnya penuh intrik. "Doakan ya, Ustad, Pak Marzuki mau ikut konvensi capres Demokrat," kata Syofwatillah.

Kasak-kusuk dilakukan pula oleh Gita Wirjawan, 47 tahun. Menteri Perdagangan ini disebut-sebut juga sudah "dicolek" Yu­dhoyono. Meminta izin kepada Yudhoyono, Gita bergerak ke seluruh penjuru, termasuk ikut main Twitter.

Gita juga mendekati Nahdlatul Ulama. Saat Gerakan Pemuda Ansor—organisasi pemuda NU—merayakan ulang tahun di Balai Kartini, Jakarta, April lalu, Gita menggotong piano kesayangannya dan bermain mengiringi Kiai Mustofa Bisri yang membacakan puisi.

Lain Gita, lain pula Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Ramai diberitakan akan ikut konvensi, Dahlan mengirim surat kepada Yudhoyono meminta "petunjuk". "Bagaimanapun, saya ini menterinya sampai tahun depan," ujar Dahlan.

Elektabilitas Dahlan memang masih jauh dari memadai. Selain itu, ia masih menimbang tokoh lain yang ia hormati yang juga ditawari Yudhoyono mendaftar konvensi. Siapa? Dahlan enggan membuka rahasia. "Kalau dia mendaftar, akan saya dukung," katanya.

Ada dugaan yang dimaksud Dahlan adalah Gubernur Jakarta Joko Widodo. Melihat peta politik terakhir, menurut Dahlan, Jokowi yang popularitasnya melejit itu juga akan nyapres.

l l l

DALAM wawancara dengan Tempo awal April lalu, Yudhoyono mengaku menawari para menterinya ikut penjaringan calon presiden itu. "Silakan yang ingin jadi presiden, tak usah sungkan kepada saya," ujarnya. "Saudara punya hak, terbuka semua. Silakan kenalkan idenya."

Menurut Yudhoyono, sistem penjaringan calon presiden yang digelar partainya itu mirip primary election, penjaringan kandidat presiden di Amerika Serikat. Namun, berbeda dengan primary election dan konvensi Golkar 2004, yang hanya melibatkan pengurus partai sebagai pemilih, "Konvensi Demokrat melibatkan rakyat," kata Yudhoyono. Cara ini dipercaya bisa menjembatani para kandidat yang datang dari luar partai.

Digelar mulai Agustus nanti, ide konvensi datang dari Yudhoyono sendiri. Sumber Tempo menyebutkan Yudhoyono sudah lama tak sreg jika calon presiden penggantinya adalah anggota keluarga Cikeas. Tapi ia juga bingung mencari tokoh yang layak didukung karena, dari sejumlah survei, elektabilitas semua kandidat presiden jauh di bawah 20 persen—angka psikologis untuk memenangi pertempuran. Karena itu, konvensi dianggap jalan terbaik mencari pengganti Yudhoyono. "Kami belum mendapat ikon sekelas SBY, maka kami menjaringnya secara terbuka," ujar Melani ­Leimena, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Demokrat.

Digodok setahun terakhir, rencana konvensi disampaikan Yudhoyono setelah partainya menggelar kongres luar biasa di Bali, awal April lalu. Gagasan itu kemudian disampaikan Yudhoyono saat bertemu dengan pengurus pusat dan 33 pengurus daerah di Palace Hotel, Cipanas, 14 April lalu. Tapi, "Saat itu hanya gambaran umum konvensi," kata Ketua Demokrat Bali Made Sudarta. Rapat mematangkan konsep digelar tim kecil di Cikeas, akhir April dan pertengahan Mei lalu.

Menurut Ketua Harian Demokrat Syarief Hasan, konvensi terbuka bagi siapa saja. Pembukaannya dimulai akhir Juni ini. "Siapa saja bisa mendaftar, asalkan memenuhi kriteria."

Syarat peserta antara lain berintegritas, punya kapasitas, teruji, bermoral, pernah memegang jabatan publik, tidak tersangkut perkara hukum, dan memiliki elektabilitas yang tinggi. Mereka juga wajib ikut penyaringan yang diselenggarakan komite seleksi yang terdiri atas anggota Majelis Tinggi Demokrat serta sejumlah pakar dan akademikus yang ditunjuk Yudhoyono. Sumber di Istana menyebutkan pakar itu antara lain mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, dan mantan Kepala Staf Teritorial TNI Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo.

Para peserta akan diseleksi sekitar Juli. Hasil penjaringan diumumkan setelah 17 Agustus. Para peserta yang terpilih diberi waktu empat bulan untuk berkampanye. Pada akhir Desember akan digelar survei untuk mengukur elektabilitas semua calon. Hasil survei akan menentukan peserta konvensi tahap kedua. "Seluruh prosesnya akan terbuka, tak ada yang ditutup-tutupi," ujar Max Sopacua, Wakil Ketua Umum Demokrat. Ongkos survei akan ditanggung panitia.

Selanjutnya, digelar debat kandidat. Para calon juga akan diminta turun ke lapangan hingga pemilu legislatif April 2014. Kemudian akan digelar survei lanjutan untuk memastikan pemenang akhir.

Seluruh proses diperkirakan selesai pada Mei-Juni 2014—beberapa saat sebelum partai mendaftarkan calonnya ke Komisi Pemilihan Umum. Saat itulah calon terpilih diminta menjadi kader Demokrat, "Karena mereka akan diusung sebagai capres Demokrat," kata Syarief Hasan. Model penjaringan ini, Syarief melanjutkan, diharapkan mampu pendongkrak citra Demokrat yang terpuruk karena kadernya banyak yang korup.

Widiarsi Agustina, Subkhan J. Hakim, Ananda Putri, Ananda Theresia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus