Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Santri Salafiyah Jago Otomotif

Tak kalah oleh Esemka, kiai pesantren tradisional bersama para santrinya dikenal jago merakit mobil. Namun tak boleh mengorbankan pendidikan agama.

16 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Empat mobil terparkir di halaman rumah KH Ahmad Yasin Kholil di Desa Kepang, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan, Madura, Ahad tiga pekan lalu. Dari tongkrongannya saja, jelaslah mobil-mobil itu Honda Jazz dan Suzuki Espass. Namun mobil yang satu ini rupanya aneh: berwarna oranye, potongannya seperti sedan, tapi bodinya sedikit lebih bongsor dan tepos alias tanpa pantat.

"Yang itu mobil Honda SS alias Honda Sisa-sisa," kata Yasin kepada Tempo sambil terkekeh. Diberi nama sisa-sisa karena bahan yang dipakai untuk memodifikasi mobil—yang niat awalnya hendak dibikin mirip Honda Jazz—itu merupakan sisa-sisa bahan rakitan yang ada.

Tiga mobil pertama adalah mobil yang masih standar bikinan pabrikan. Sedangkan yang oranye hasil modifikasi yang dirakit Kiai Yasin, pengasuh Pondok Pesantren As-Salafiyah al-Falah atau lebih dikenal sebagai Pesantren Kepang, bersama beberapa santrinya. "Hasil modifikasi yang masih saya pakai sampai sekarang," ujar Yasin.

Ia mengaku membuat Honda SS itu dari sedan Honda Civic bekas. Modifikasi mobil ala Kiai Yasin tidak sebatas mengubah warna atau interiornya. Semuanya dipermak total. Bodi mobil dipreteli, lalu dirakit kembali sesuai dengan keinginan, sampai hilang identitas lamanya. Korban modifikasinya kebanyakan mobil tua yang sudah tak layak pakai.

Mobil Suzuki Carry diubah jadi Suzuki Espass. Ada juga sedan Honda Civic dipermak jadi mirip Honda Jazz. "Yang model Espass dan Honda Jazz dibuat jauh sebelum Espass dan Jazz marak beredar seperti sekarang," kata KH Jalil, adik Kiai Yasin. Sudah puluhan mobil bekas "dihidupkan" lagi oleh tangan dingin Kiai Yasin.

Mengajar santri dan mengasuh pondok pesantren adalah aktivitas utama Kiai Yasin. Di samping itu, Yasin memodifikasi mobil bersama para santrinya. Peralatannya pun seadanya. Saat Tempo menengok bengkelnya, yang berada di halaman pesantren, hanya ada seperangkat alat las lengkap dengan tabung gasnya, palu, dan betel untuk memotong pelat besi bodi mobil.

Kegemaran kiai kelahiran 1969 itu akan dunia otomotif dimulai saat usianya 17 tahun. Puluhan mobil dipermak. Paling banyak jenis minibus yang disulap jadi pick-up. Pick-up dibutuhkan untuk mengangkut batu dan pasir saat menimbun rawa-rawa buat perluasan area Pesantren Kepang. "Setelah dipakai, pick-up dijual, lalu buat lagi," ucap Yasin sembari tersenyum.

Yang paling fenomenal adalah ketika Suzuki Carry dirombak jadi Espass. Fenomenal karena mesinnya pun dia ubah. Kini mobil itu ada di Pondok Pesantren Syaichona Cholil, Balikpapan, Kalimantan Timur, yang diasuh kakaknya, KH Mohammad Ali Cholil. Ada lagi mobil golf berwarna putih yang dipesan KH Fawaid, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo. "Aslinya mobil golf Kiai Fawaid itu adalah minibus. Beliau pesan supaya dijadikan mobil golf," ujar Yasin.

Sebenarnya Kiai Yasin tak memiliki latar belakang pendidikan otomotif. Tak tamat sekolah dasar, ia belajar secara otodidaktik karena masa kecil dan remajanya dihabiskan total untuk belajar ilmu agama dan membaca kitab. Kemampuan otomotif itu? "Saya cuma ingin membuktikan bahwa santri yang hanya belajar mengaji dan tidak bersekolah khusus ilmu permesinan pun bisa memodifikasi mobil asalkan mau belajar," katanya.

Pesantren Kepang tetap memilih jalur pendidikan salafiyah tradisional: mengajarkan ilmu agama dengan kitab-kitab kuning sebagai pegangan dan ilmu alat (tata bahasa Arab) utama, nahwu dan shorof. Namun sebagian warga Bangkalan yakin kemampuan ini anugerah dari Tuhan kepada cicit ulama karismatis KH Mohammad Kholil bin Abdul Latif, guru sekaligus sahabat pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asyari, itu.

Agus Supriyanto, Musthofa Bisri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus